
Afif*, 13 tahun, adalah santri di Pesantren Tunarungu Darul Ashom, Sleman, DIY. Meski memiliki hambatan dalam mendengar, ia dan teman-temannya belajar mengaji dengan semangat. Mereka membaca Al-Qur’an dengan bahasa isyarat, menghafal hadits dengan gerakan tangan, dan saling menguatkan dalam kebaikan.
Suatu hari, Human Initiative datang untuk menyalurkan qurban ke pesantren mereka, Pesantren Khusus Tunarungu Darul Ashom, di Depok, daerah istimewa yogyakarta
Tak ada suara takbir yang bergema, tapi kebahagiaan terlihat jelas di raut wajah Afif dan kawan-kawan saat menerima daging qurban itu. Bagi mereka, ini bukan sekadar daging, tapi bukti bahwa ada saudara-saudara yang peduli.
“Saya senang,” ujar Afif dalam bahasa isyarat. “terima kasih kepada para pequrban.”
Ketika Ustadz Salman Aljugjawi dari Human Initiative datang menyalurkan qurban, beliau meminta Afif menyampaikan 2 hadits Nabi yang paling ia sukai. Dengan tangan yang luwes, Afif pun berisyarat:
“Sesungguhnya perbuatan baik itu menghapus perbuatan buruk. Dan apabila kebaikan telah datang, maka keburukan tidak akan datang lagi.”
(HR. Ahmad)
Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Allah.”
(HR. Ahmad)
Di pesantren itu, Afif dan teman-temannya belajar bahwa kebaikan bisa datang dalam berbagai bentuk. Kadang berupa semangat menghafal, kadang berupa daging qurban yang dibagikan dengan tulus. Yang penting, mereka terus saling menguatkan.
Artikel ini ditulis untuk menginspirasi kita semua, bahwa berbagi qurban dan saling menguatkan bisa dilakukan dengan cara apa pun – bahkan tanpa kata-kata.
Sahabat Inisiator, masih ada kesempatan untuk berqurban di penghujung waktu tasyrik. Yuk hadirkan kebahagiaan lewat daging qurban untuk mereka yang jarang merasakannya. Langsung saja ke:
👉 solusipeduli.org/qurban
#SebarQurban #Salingmenguatkan #HumanInitiative
*Nama Samar untuk melindungi penerima manfaat