Sahabat Inisiator, setiap musibah yang datang tentunya memberikan dampak bagi setiap penyintas. Dampak tersebut dapat berupa kerusakan alam, kerusakan sarana dan prasarana, kehilangan barang dan harta, bahkan trauma psikis bagi para penyintas. Tidak jarang, banyak dari mereka yang memerlukan penanganan yang rutin untuk dapat pulih dari trauma psikis yang mereka alami. Hal itu sangat prihatin apabila mereka yang menderita trauma tersebut tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Maka, pemberian penanganan psikis secara psikososial sangatlah penting bagi para penyintas bencana untuk meredakan trauma atas kejadian yang mereka alami.
Istilah psikososial berasal dari dua kata, yaitu psiko dan sosial. Dalam hal ini, psikososial bersinggungan dengan ilmu psikologi dan ilmu sosial. Menurut Papyrus, sisi psikologis mencakup aspek internal, seperti emosi, pikiran, perasaan, dan reaksi. Di sisi lain, sisi sosial mencakup aspek eksternal, seperti hubungan dan jaringan sosial, nilai-nilai sosial, bahkan praktik budaya. Sehingga dukungan psikososial dapat berarti sebagai aksi untuk setiap individu maupun masyarakat dalam menangani kebutuhan psikis dan sosial pascatrauma.
Dalam pengaplikasiannya, pemberian dukungan psikososial memiliki lapisan-lapisan represif bagi para penyintas bencana. Di bawah ini, Human Initiative akan membagikan lapisan-lapisan tersebut menurut UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees). Sahabat Inisiator dapat menyimaknya di bawah ini.
Dalam lapisan ini, para penyintas bencana memiliki hak untuk mendapatkan dukungan berupa kebutuhan dasar (makanan, air, tempat tinggal, dll.). Dukungan tersebut merupakan hak hidup bagi setiap manusia sehingga para penyintas bencana tetap merasa bahwa hak asasi mereka terpenuhi. Selain itu, pastikan juga semua penyintas dapat mengakses bantuan tanpa adanya diskriminasi.
Lapisan ini membantu masyarakat dan komunitas untuk tetap kuat secara emosional dan sosial. Secara sosial, penyintas mendapatkan aktivitas yang dapat mempererat hubungan sosial, seperti saling mendukung setelah terjadi bencana. Di sisi lain, penyintas juga harus mendapatkan dukungan psikis untuk menjaga kesejahteraan mental mereka.
Dalam lapisan ini, penyintas berhak untuk mendapatkan bantuan lanjutan apabila mereka kesulitan menghadapi situasi. Biasanya, bantuan ini dapat melalui konseling kelompok atau dukungan dari keluarga. Para tenaga konselingnya pun juga dapat berasal dari kalangan non-spesialis yang sudah dilatih dan mendapatkan bimbingan dalam menangani mental seseorang.
Lapisan ini bersifat khusus. Mengapa demikian? Layanan ini diperuntukkan kepada mereka yang mengalami gangguan psikologis berat. Dampaknya adalah mereka akan sulit menjalani kehidupan sehari-hari. Tentunya, tenaga konseling yang dibutuhkan adalah mereka yang sudah profesional dan dilatih secara khusus untuk menangani trauma para penyintas bencana.
Secara jenis, dukungan psikososial dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tindakan represif (menangani) dan tindakan preventif (mencegah). tentunya, setiap jenis penanganan memiliki tujuan yang berbeda. Berikut adalah bentuk dukungan psikososial yang dapat diberikan kepada penyintas bencana.
Sahabat Inisiator, begitu pentingnya dukungan psikososial yang harus para penyintas bencana dapatkan. Bencana yang banyak merenggut milik mereka mulai dari harta hingga keluarga sangat menyebabkan trauma mendalam bagi mereka. Dengan begitu, penting bagi kita untuk memberikan dukungan yang dapat membuat mereka merasa aman, nyaman, dan semangat untuk menjalani kehidupan di tengah keterpurukan. Senyum mereka juga senyum bagi kita semua.
#SalingMenguatkan
#LangkahKebaikan