Dukungan Psikososial Bagi Para Penyintas di Wilayah Bencana

Sahabat Inisiator, kita tentu tahu Indonesia telah di hadapkan bencana dahsyat awal tahun 2021. Banyak sekali saudara kita di berbagai wilayah terkena dampak yang cukup parah atas insiden ini. Selain menimbulkan kerusakan fisik serta korban jiwa, bencana ini juga memberikan dampak-dampak psikososial yang cukup serius pada orang-orang yang mengalaminya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terjadinya bencana alam mengubah sebagian atau seluruh aspek kehidupan mereka. Contohnya, mereka yang kehilangan tempat tinggal harus mengungsi ke tenda pengungsian; mereka yang kehilangan anggota keluarganya mengalami kesedihan yang mendalam; mereka yang kehilangan pekerjaan atau mata pencaharian belum bisa kembali bekerja karena situasi yang belum memungkinkan.

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak yang terdampak oleh bencana pun bisa mengalami dampak psikologis seperti stres. Anak yang kehilangan orangtuanya mengalami rasa tidak aman karena kehilangan figur yang melindungi; anak tidak bisa melanjutkan sekolah karena rusaknya bangunan sekolah, tidak terpenuhi haknya untuk mendapatkan akses pendidikan dan pengetahuan; berada pada situasi yang tidak menentu juga menimbulkan perasaaan tidak nyaman yang berdampak kurang baik pada perkembangan emosinya. Selain itu, anak yang terpisah dari keluarganya rentan untuk mendapatkan perlakuan eksploitatif dari orang dewasa. Sebagai contoh, anak dipaksa untuk membantu orang dewasa meminta bantuan (uang, makanan) di pinggir jalan hingga rentan menjadi korban perdagangan manusia.

Perlindungan yang dimaksud salah satunya termasuk melalui upaya pendampingan psikososial, dari pengobatan sampai pemulihan untuk mencegah anak mengalami dampak yang lebih buruk dan terhindar dari perlakukan kekerasan.

Sampai saat ini, relawan Human initiative berfokus untuk mengenali kebutuhan sarana dan prasarana dari para penyintas di lokasi bencana yang dapat mempengaruhi stabilitas kondisi psikososial mereka, melakukan identifikasi kondisi psikososial dan menyusun program dukungan untuk melayani warga terdampak di Lokasi bencana.

Layanan Psikososial Bagi Para Penyintas

Human initiative merespon kebutuhan layanan Psikososial khususnya bagi anak-anak. Saat anak mampu segera beradaptasi dengan kondisi setelah bencana maka orang tua dan pendamping dapat lebih tenang mengelola emosi dan segera mempersiapkan hal lainnya terkait paska bencana ini.

Layanan Psikososial disediakan oleh Human Initiative di lokasi bencana seperti di Longsor Sumedang, Gempa Sulawesi Barat dan Banjir di Kalimantan Selatan. Layanan Psikososial yang diberikan bertujuan untuk memulihkan kesejahteraan psikologis dan sosial masyarakat terdampak.

Fadil, salah seorang volunteer dari HIVE mengaku memiliki pengalaman yang sangat luar biasa setelah turun memberikan layanan Psikososial Human Initiative. Mendampingi mereka yang sedang bersedih sehingga bisa mengeluarkan semua perasaan sedih nya lalu bisa kembali ceria kembali, menjadi pengalaman yang tak terlupakan untuk nya. Fadil juga menyebutkan ada beberapa anak yang masih sensitif emosinya, sehingga butuh layanan tersebut.

“Ada  beberapa anak di Majene, Sulawesi Barat. Saat kami mendampingi mereka, terlihat mereka masih sensitif emosinya. Ketika mendengar kata: Gempa, raut wajah mereka lansung berubah, tidak lagi terlihat tersenyum.” Ujarnya saat di temui di Posko Layanan Psikososial.

Bencana memang memberikan dampak, tidak saja fisik tapi juga psikologis dan sosial mereka. Menyikapi hal tersebut maka Human Initiative memberikan dukungan Psikososial untuk melengkapi layanannya kepada masyarakat yang membutuhkan. program psikososial dirancang tidak saja untuk anak anak tapi juga remaja, dewasa Dan kelompok rentan lainnya.

Hak Anak dan Kaitannya dengan Bencana yang Memberikan Dampak Psikososial

Dalam upaya membantu anak-anak yang terdampak bencana kita haruslah juga memperhatikan hak-hak mereka sebagai anak-anak.

1. Kelangsungan Hidup dan Perkembangan

Seperti halnya hak anak untuk hidup, para relawan kemanusiaan khususnya Human Initiative dan masyarakat juga memperhatikan dampak dari situasi darurat dan respon terhadap perkembangan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan spiritual anak. Sebagai contoh, para pekerja kemanusiaan memastikan bahwa anak-anak tidak dalam keadaan lapar, kehausan, atau terpapar dengan suhu udara yang tidak nyaman ketika beraktifitas bersama mereka.

2. Non-Diskriminasi

Seringkali situasi bencana memperbesar berbagai perbedaaan yang ada dan semakin memarginalkan mereka yang sudah menghadapi risiko diskriminasi. Human Initiative terus mengidentifikasi dan memantau bentuk-bentuk diskriminasi dan penyalahgunaan kekuasaan yang telah ada maupun yang baru, dan mengatasinya saat memberikan bantuan. Para relawan tentunya melibatkan anak-anak dari semua strata sosial dalam kegiatan bersama.

3. Partisipasi Anak

Human Initiative memastikan bahwa anak perempuan dan anak laki-laki mendapatkan ruang dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi secara bermakna pada semua tahap yang memungkinkan dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat, termasuk di dalam penyusunan kebijakan terkait mitigasi, rehabilitasi dan rekonstruksi. Tentunya tim selalu mendengarkan secara aktif berbagai keluhkesah anak-anak yang terdampak bencana; menghargai keputusan anak untuk tidak terlibat dalam aktifitas yang tidak nyaman.

4. Kepentingan Terbaik bagi Anak

Dalam setiap tindakan yang menyangkut anak-anak, kepentingan terbaik bagi anak menjadi pertimbangan utama kami. Relawan Human Initiative mendesain kegiatan-kegiatan dukungan psikososial untuk anak di berbagai usia sekolah dasar dan anak remaja dengan mempertimbangkan sesuai kemampuan mereka.

Terima Kasih ya, Sahabat Inisiator. Berkat dukungan mu, kami bisa membuka Layanan Psikososial di titik bencana yang sekarang sedang membutuhkan banyak perhatian bagi kita semua. Mari kita sama-sama mendo’akan agar para Penyitas senantiasa kuat dalam menghadapi musibah ini.

Sumber Data :

Human initiative Sulawesi Selatan

Human initative Kalimantan Timur

https://www.kemenpppa.go.id/