Gunung Merapi Sudah Mengeluarkan Lava Pijar

Gunung Merapi Sudah Mengeluarkan Lava Pijar

6 Januari 2021

Sahabat Inisiator, sampai saat ini Gunung Merapi memasuki fase Erupsi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut saat ini Gunung Merapi memasuki fase erupsi tahun 2021.

Gunung Merapi sendiri mulai memuntahkan lava pijar beberapa kali, sejak muncul gundukan yang terduga kubah lava baru di lava 97 puncak gunung tersebut. Sejak semalam terpantau 6 kali mengeluarkan lava pijar. Arah guguran lava pijar itu dominan ke barat yakni di alur Kali Krasak dengan jarak luncur maksimal 500 meter.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyatakan aktivitas guguran di Merapi masih tinggi. Berdasarkan laporan aktivitas Erupsi Gunung Merapi pada Selasa (5/1) dari pukul 18.00 hingga 24.00 WIB, BPPTKG mencatat ada puluhan kali gempa guguran.

“Aktivitas guguran di Gunung Merapi terpantau masih tinggi. Pada hari Selasa (5/1) pukul 18.00 hingga 24.00 WIB tercatat 23 kali gempa guguran dengan amplitudo antara 3-41 mm dan durasi 11-127 detik,” kata Hanik dalam keterangannya, Rabu (6/1/2021).

Melihat kondisi erupsi gunung merapi semakin memburuk, evakuasi warga pun kembali dilakukan ke tempat-tempat aman. Kerjasama antara masyarakat, stakeholder terkait dan lembaga kemanusiaan turut andil mengambil peran dalam membantu solidaritas kemanusiaan.

Gunung Merapi

Melansir situs ESDM, gunung berketinggian 2.986 meter di atas permukaan laut ini terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Posisi geografinya terletak pada 7° 32’30” LS dan 110° 26’30” BT. Berdasarkan tatanan tektoniknya, Gunung Merapi terletak di zona subduksi, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam di bawah Lempeng Eurasia yang mengontrol vulkanisme di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Gunung ini muncul di bagian selatan dari kelurusan jajaran gunung api di Jawa Tengah, mulai dari utara ke selatan yaitu Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan arah N165 E. Kelurusan ini merupakan sebuah patahan yang berhubungan dengan retakan akibat aktivitas tektonik yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah. Aktivitas vulkanisme ini bergeser dari arah utara ke selatan, di mana Gunung Merapi muncul paling muda.

Sejarah Gunung Merapi

Periode merapi secara garis besar, terbagi dalam empat periode yaitu pra merapi, merapi tua, merapi muda dan merapi baru.

Periode pertama, pra merapi mulai sejak sekitar 700.000 tahun lalu yang saat ini menyisakan jejak Gunung Bibi (2025 meter di atas permukaan laut) di lereng timur laut Merapi. Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat basaltic andesit.

Periode kedua, periode merapi tua menyisakan bukit Turgo dan Plawangan yang telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun. Saat ini kedua bukit tersebut mendominasi morfologi lereng selatan Merapi.

Pada periode ketiga, merapi muda beraktivitas antara 8000 sampai 2000 tahun lalu. Di masa itu terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur yang sekarang tampak di lereng utara Merapi serta menyisakan kawah Pasar Bubrah.

Periode keempat aktivitas Merapi yang sekarang ini disebut merapi baru, di mana terbentuk kerucut puncak Merapi yang disebut sebagai Gunung Anyar di bekas kawah Pasar Bubrah dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu.

Kondisi Terkini Penyintas 

Aktivitas kegempaan Merapi masih tinggi sejak statusnya dinaikkan menjadi siaga atau level III. Aktivitas kegempaan yang tinggi itu menimbulkan guguran tebing lava lama.

Guguran tebing lava lama itu terjadi pada Minggu dan berada di kawah utara. Namun material guguran jatuh ke dalam kawah sehingga sampai saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas Merapi.

Sementara itu proses evakuasi warga dari lereng Gunung Merapi sejak penetapan status siaga masih difokuskan untuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas.

 

Respons Lembaga Kemanusiaan 

Human Initiative turut serta menjemput para lansia dari kediamannya masing-masing untuk dibawa ke posko-posko aman terdekat.

Menurut Koordinator Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Desa Banyurojo, Agus Firmasyah, terdapat sekitar 330 jiwa yang telah dievakuasi. Mereka adalah kelompok rentan, meliputi lansia, anak-anak, Ibu hamil, dan difabel.

Bersama relawan lokal, personil BPBD Kabupaten Magelang, dan TNI Polri melakukan evakuasi menggunakan puluhan kendaraan yang terdiri dari ambulans, mobil relawan, dan kendaraan truk TNI.

Sejak Erupsi pertama 2020 lalu Human initiative sudah melakukan banyak kegiatan di beberapa kabupaten yang terkena dampak bencana yang cukup parah. Seperti di Kabupaten Magelang, Sleman, Klaten dan Boyolali.

Seperti mendirikan Pos Dapur Air, mendistribusikan APD, Hygien Kits, Baby Kits, Karpet, Wastafle di barak pengungsian dan dukungan psikososial lainnya.

Bagaimana Skema Mitigasi di Kala Pandemi Covid-19?

Terkait pandemi yang masih berlangsung, ratusan warga yang berada di pengungsian diharapkan dapat mengikuti protocol kesehatan. Relawan memberikan edukasi tentang 3M, seperti: tetap sering mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.

Selain itu di barak pengungsian, pemerintah menyatakan menyiapkan sekat agar prinsip jaga jarak dapat terlaksana demi menekan penyebaran virus corona.

Mari kita berdo’a untuk penyitas dan relawan yang ada di lapangan agar tetap sehat dan mematuhi protokol kesehatan. Karena bagaimanapun kesehatan itu sangat penting, apalagi bagi mereka yang sedang berada di lokasi bencana.

 

Sumber Data:
Human Initiative Yogyakarta
KESDM, Badan Geologi, PVMBG, BPPTKG
https://magma.vsi.esdm.go.id/
0

Sahabat Inisiator Butuh Bantuan?

Telp/Whatsapp

+62-812-8080-4561