Hari Ibu: Nurlina, Pahlawan Nelayan Perempuan

Hari Ibu: Nurlina, Pahlawan Nelayan Perempuan

22 Desember 2021

Memperingati Hari Ibu, Human Initiative menyajikan kisah pejuang perempuan, khususnya bagi para nelayan. Namanya Nurlina, perempuan yang juga biasa dipanggil Lina ini merupakan perempuan muda kelahiran 18 Maret 1988 yang berprofesi sebagai nelayan di kampungnya, Pulau Sabangko, Desa Mattiro Bombang, Kecamatan Liukan Tuppakbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan.

 

Nurlina, Pahlawan Nelayan Perempuan

Nurlina hanya satu dari begitu banyak perempuan Indonesia yang berani memperjuangkan hak-hak kaumnya. Ia meyakini, tak ada yang salah dengan keputusannya mempertahankan hidup dan hak sebagai nelayan.

Lina sedari kecil sudah terbiasa pergi ke laut menjadi nelayan menumpang perahu pamannya. Namun hal itu tidak bisa terus menerus ia lakukan karena kadang ia merasa tidak nyaman. Perahu pamannya juga harus menghidupi keluarga pamannya sendiri.

Jika tidak pergi melaut, Lina akan memperbaiki jala yang rusak dan mengikat rumput laut dengan upah penghasilan yang sangat minim, yaitu berkisar 6.000-15.000 perhari. Hal itu ia lakukan karena hanya itu pekerjaan yang tersedia untuk perempuan pulau.

Hal ini membuat Lina ingin memiliki perahu sendiri, karena dengan pergi melaut penghasilannya akan jauh lebih banyak. Sayangnya bantuan pemerintah (Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan/Pangkep) berupa perahu motor kecil hanya untuk laki-laki. Hal ini dikarenakan stereotype kebanyakan orang bahwa profesi nelayan adalah profesi laki-laki, sedangkan kemampuan Lina dan perempuan pulau lainnya untuk pergi melaut dianggap tidak ada.

Lina dan teman-temannya tidak tinggal diam, mereka mendesak Pemkab Pangkep untuk juga memberikan bantuan perahu kepada perempuan. Meski berkali-kali mengalami penolakan, ia tetap yakin dan memperjuangkan haknya karena menurutnya profesi nelayan bukan hanya untuk laki-laki. Meski melewati proses yang panjang dan rumit karena sulit untuk mengubah pandangan ini, Lina dan teman-temannya akhirnya menemui keberhasilan.

Tidak hanya digunakan untuk pergi mencari nafkah, perahu bantuan tersebut juga Lina dedikasikan untuk perempuan pulaunya yang ingin pergi berobat ke putsu (puskesmas pembantu) terdekat dan untuk membantu mobilisasi anak-anak sekolah menyebrang ke pulau lain.

Kisah ini menginspirasi banyak orang lewat pilihan Lina untuk bersuara dan bertahan memperjuangkan jalan hidupnya dan perempuan-perempuan pulau lainnya.

Human Initiative dalam Humanity Award 2021 mengapresiasi kisah Lina dan perjuangannya dalam kategori Aktor Kemanusiaan Lokal.

Dari Nurlina kita belajar bahwa menjadi minoritas bukan berarti masalah. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk memperjuangkan hal-hal yang kita anggap benar.

Selamat Hari Ibu!

0

Sahabat Inisiator Butuh Bantuan?

Telp/Whatsapp

+62-812-8080-4561