Di sebuah kamar kos kecil yang hampir tak berisi di desa Kebun Cengkeh, Maluku, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun duduk di sudut ruangan, mengelus lembut kepala adik bungsunya, Aksa*. Setiap Malam tiba, udara dingin menyelinap ke dalam kamar yang hanya beralaskan lantai tanpa tikar, tanpa bantal, tanpa selimut. Namun, Bagas tetap terjaga, memastikan adik-adiknya tertidur nyenyak.
Bagas bukan anak biasa. Seharusnya, di usianya yang masih belia, ia sibuk belajar, bermain, dan bermimpi setinggi langit. Namun, sejak kepergian ayahnya dan ibunya yang harus merantau ke Malaysia untuk mencari nafkah, Bagas menjadi satu-satunya sandaran bagi tiga adiknya. Ia adalah kakak, sekaligus orang tua bagi mereka.
Yang paling membutuhkan perhatiannya adalah Aksa, adik bungsunya yang tunanetra. Sejak bayi, Aksa tidak pernah merasakan dekapan ibunya. Hanya Bagas yang dengan setia menggantikannya—menyuapi, memandikan, dan menenangkan Aksa setiap kali ia menangis. Bagas yang seharusnya bersekolah dan bercita-cita tinggi, harus mengambil keputusan yang tak seharusnya diambil oleh anak seusianya: berhenti sekolah demi menjaga keluarganya.
Setiap hari, Bagas mengurus adik-adiknya dengan penuh kasih sayang, memastikan mereka mendapatkan makanan meskipun sering kali hanya berupa nasi dan garam. Ia menyapu lantai kos yang dingin, mencuci pakaian mereka, dan meninabobokan Aksa dengan lagu-lagu yang ia ciptakan sendiri, berusaha menggantikan kehangatan yang seharusnya mereka dapatkan dari seorang ibu.
Beberapa hari yang lalu, tim Human Initiative Maluku datang untuk melihat keadaan Bagas dan adik-adiknya secara langsung. Mereka membawa sedikit bingkisan kebaikan berupa bahan makanan untuk kebutuhan sehari-hari, agar Bagas dan keluarganya tidak lagi harus berjuang sendiri dalam keterbatasan. Mas Jabal Nur, sebagai Kepala Cabang Human Initiative Maluku, turut hadir dan memberikan dukungan moral serta semangat kepada Bagas.
Sahabat Inisiator, jika kamu di posisi Bagas, apa yang akan kamu pilih? Mengejar impian atau menjaga orang-orang yang kamu cintai?
Bagas tidak seharusnya memilih antara pendidikan dan keluarga. Ia berhak mendapatkan keduanya. Dan kamu bisa menjadi bagian dari perubahan hidupnya. Dengan uluran tanganmu, kamu bisa memberikan Bagas dan adik-adiknya kesempatan untuk memiliki masa depan yang lebih baik—kesempatan untuk kembali bersekolah, tidur di tempat yang hangat, dan merasakan kebahagiaan seperti anak-anak lainnya.
Setiap bantuan yang kamu berikan adalah secercah harapan bagi mereka. Jadilah bagian dari cahaya dalam kegelapan yang menyelimuti hidup Bagas dan adik-adiknya.
Dengan suara lirih namun penuh harapan, Bagas mengucapkan terima kasih kepada semua orang baik yang telah membantu, “Dangke Banya suda bantu beta deng adek-adek. Semoga Allah balas kebaikan par bapa ibu dong semua.” (Terima kasih sudah peduli kepada kami. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian)
Masih banyak anak-anak seperti Bagas dan keluarganya yang berjuang dalam keterbatasan. Uluran tanganmu dapat menjadi secercah harapan bagi mereka. Sahabat Inisiator dapat berbagi kebaikan dan memberikan dukungan bagi mereka yang membutuhkan melalui solusipeduli.org.
#SalingMenguatkan #LangkahKebaikan #HumanInitiative
*Nama disamarkan untuk melindungi pemegang hak program