Perhatikan Hal Ini Ketika Ingin Anak Menjadi Patuh

Perhatikan Hal Ini Ketika Ingin Anak Menjadi Patuh

24 Juli 2022

“Kalau Mama bilang, tidur.  Tidur.  Nurut sana.” Apakah Sahabat Inisiator pernah mengucapkan kalimat ini pada anak?  Sebagai orang tua, kita ingin agar anak-anak menuruti apa yang kita sampaikan pada mereka.  Kita ingin mereka menjadi anak yang patuh.  Tentu saja hal ini baik.  Melalui kepatuhan kita dapat mengajari mereka banyak hal.  Kita dapat mengarahkan anak-anak berkembang menuju pribadi yang kita inginkan.

Yang saya ingin garis bawahi adalah: apakah sahabat inisiator juga menjelaskan alasan dibalik perintah tersebut?  Apakah Mama menjelaskan pada sang anak mengapa ia harus tidur?  Apa anak diberi tahu konsekuensinya jika ia tidak tidur?  Terkadang kita melupakan ini. Banyaknya tugas rumah tangga dan waktu yang terasa sangat sedikit membuat kita mengeluarkan perintah tanpa menjelaskan alasan. Anak diharapkan untuk patuh tanpa bertanya. Apa konsekuensinya jika hal ini menjadi kebiasaan? Anak kehilangan kemampuannya untuk berpikir kritis. Ia terbiasa untuk menerima semua informasi yang disampaikan padanya tanpa memprosesnya terlebih dahulu.  Dalam tahap yang ekstrem, anak-anak ini akan mudah termakan berita bohong atau hoax karena sensor analisa kritis dalam dirinya telah lama tidak diaktifkan. Kita tentu tidak ingin hal ini terjadi pada si buah hati.

 

Bersabar Dalam Menjelaskan

Jadi bagaimana agar kemampuan berpikir kritis anak tetap terasah? Salah satunya adalah melalui penjelasan mengenai alasan atau tujuan dari perintah yang kita berikan padanya. Ini memang membutuhkan waktu dan kesabaran.  Suatu malam gadis kecil saya tidak mau tidur, ia ingin terus bermain.

 

“Ayo tidur, Kak.  Ini kan sudah malam.  Lihat di luar gelap, kan?  Malam waktunya untuk beristirahat.”

Balita saya mengintip ke luar jendela kemudian kembali ke kasur dan bersiap tidur. Alhamdulillah, ia patuh.  Keesokan hari, saat waktunya tidur siang, saya kembali mengajaknya tidur.

 

“Ayo Kak, kita tidur.”

“Ini kan siang, Bunda.  Sudah terang.  Untuk apa tidur?”

Jawabannya membuat saya merasa senang sekaligus gemas. Senang karena ia telah mampu mengolah informasi semalam dan menjadikannya sebagai rujukan ke dalam persoalannya siang ini. Gemas karena saya perlu menjelaskan alasan mengapa ia harus tidur siang.

 

Proses ini memang tidak mudah. Saat kemampuan kritisnya mulai berkembang, anak akan bertanya lebih dalam.  Lihat ini dari sebagai proses belajarnya. Penting untuk menjelaskan esensi dari alasan yang sesungguhnya. Anak juga dapat mempertanyakan jawaban yang kita berikan. Terkadang diskusi-diskusi ini terasa melelahkan tetapi hasilnya pun sepadan.

 

Di saat-saat tertentu, tentu saja kita boleh memberikan memberikan perintah tanpa alasan. Hanya, sedapat mungkin jangan jadikan ini sebuah kebiasaan. Semoga Allah mudahkan.

 

 

 

Dian L Izwar

Associate Psikolog Human Initiative

Psikolog Klinis & Penggiat Pendidikan Pengasuhan Anak

Pengelola Dapurhati.com

 

0

Sahabat Inisiator Butuh Bantuan?

Telp/Whatsapp

+62-812-8080-4561