HI Berdayakan Pelaku Usaha Mikro Kampung Gasong

HI Berdayakan Pelaku Usaha Mikro Kampung Gasong

22 Agustus 2022

Usaha Mikro Kecil Menengah atau biasa disingkat sebagai UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang memiliki peran penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Maharani, Ali, dan Astuti (2012) dikutip dalam Wardhana, A. 2015). Didukung dengan besarnya sumbangan dalam pembentukan PDB sekitar 63,58%, kemampuannya menyerap tenaga kerja sebesar 99,45% atau sangat besarnya jumlah unit usaha yang terlibat yakni sekitar 99,84% dari seluruh unit usaha yang ada, sehingga pada sharenya yang cukup signifikan dalam jumlah nilai ekspor total yang mencapai 18,72% (dalam Niode, I. Y. 2009).

Melihat besarnya peran UMKM bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, hal tersebut menarik perhatian pemerintah dalam memberikan strategi pengembangan dan kebijakan terkait perkembangan UMKM di Indonesia. Pendirian Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kementerian Negara KUKM) sebagai contoh andil Pemerintah dalam pengembangan UMKM.

Meskipun sudah adanya keterlibatan langsung oleh pemerintah dalam memberikan strategi pengembangan UMKM di Indonesia namun hal tersebut belum dapat menjawab permasalahan masyarakat dalam melakukan pengembangan usahanya. Sehingga hal ini memberikan tantangan dan permasalahan bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh Niode, I. Y. (2009) menemukan permasalahan bagi pelaku UMKM menurut Pramiyanti (2008) dibagi kedalam 2 aspek yaitu finansial dan non finansial.

Faktor finansial seperti susahnya akses modal, kurangnya kemampuan manajerial, perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan finansial sedangkan faktor non finansial seperti kurangnya pengetahuan terhadap perkembangan teknologi, pemasaran, dan sumber daya manusia dan perizinan usaha. Permasalahan dan tantangan ini dapat dinyatakan dengan adanya data BPS menyatakan pelaku UMKM yang tergantung pada modal sendiri sebesar (73%). Tingginya angka pelaku UMKM yang bergantung dengan modal sendiri menunjukan pentingnya kemampuan permodalan, manajerial dan finansial.

Program Kelompok Usaha Mandiri Masyarakat

Human Initiative sebagai CSO yang mengambil peran aktif dalam mendukung setiap kebijakan pemerintah memiliki inisiatif untuk berperan serta dalam pemulihan ekonomi nasional melalui penguatan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Melalui Program Kelompok Usaha Mandiri Masyarakat (KUMM), para pelaku usaha mikro mendapatkan  capacity building kewirausahaan, bantuan modal bergulir, dan coaching bisnis.

Salah satu wilayah sasaran program KUMM adalah Kampung Gasong. Secara administratif, Kp. Gasong dinamai Kp. Penampungan Gasong oleh Camat Setiabudi, Jakarta Selatan. Nama “penampungan” ini dikaitkan dengan keberadaan kampung yang memang hanya untuk menampung warga sementara sebelum direlokasi. Jumlah KK di Kp. Gasong yaitu 120 KK dengan jumlah kurang lebih 1500 jiwa. Hunian yang ada di kampung ini berjumlah kurang lebih 70 hunian pasca penggusuran tahun 2016. Ada beberapa RT dan 1 RW yang ada di Kp. Penampungan Gasong, yaitu RT 14 (lokasi YOI Skul), RT 05, RT 06, RT 02. Sedangkan kampung ini masuk ke RW 09, Kelurahan Menteng Atas.

Kampung ini telah dua kali digusur, yaitu pada tahun 2010 dan 2016. Sempat akan mengalami gusuran lagi pada tahun 2017, Rencananya warga Kp. Gasong akan dipindah ke Rusunawa di Rawa Bebek. Tetapi warga menolak karena tidak strategis untuk mencari nafkah. 80% dari masyarakat Kp. Gasong adalah pemulung. Sisanya bekerja di sektor informal lainnya seperti supir dan pedagang, Penghasilan dari warga yang menjadi pemulung fluktuatif, jika dirata-rata mereka berpenghasilan 1-1,5 juta per bulannya.

Dampak Positif Program KUMM

Pada 2021, Human Initaitive bersama dengan YBM PLN menggulirkan Program KUMM untuk 20 keluarga kurang mampu di wilayah tersebut. Program diawali dengan pelatihan motivasi bisnis bagi 20 penerima manfaat agar memiliki pola pikir yang pas sebagai pelaku usaha. Setelah  itu, seluruh penerima manfaat mengikuti workshop perencanaan bisnis. Para penerima manfaat difasilitasi untuk memahami dan mampu membuat perencanaan bisnis model canvas (BMC) dengan 9 elemennya. Setelah itu, para peserta membuat perencanaan keuangan untuk menetapkan Harga Pokok Produksi (HPP) dari usaha yang dijalankannya.

Setelah kegiatan workshop, perencanaan BMC dan HPP yang disusun terus diverifikasi hingga dinilai layak. Dokumen BMC dan HPP yang dibuat peserta menjadi syarat untuk penilaian kelayakan bantuan modal usaha. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa modal usaha yang diberikan memiliki arah perencanaan yang jelas. Setelah modal diberikan, fasilitator mendampingi proses pembelanjaan modal utnuk menghindari ketidaksesuaian penggunaan modal usaha yang diberikan. Besaran modal usaha yang diberikan sebesar 5 juta per pelaku usaha.  Modal diberikan dalam 2 tahapan, yaitu modal asset di tahap pertama dan modal bahan habis pakai di tahap kedua.

Setelah pemberian modal, penerima manfaat mengikuti mentoring bisnis 1 kali sebulan selama 8 bulan dan pendampingan intens setiap pecan oleh fasilitator program. Materi mentoring bisnis yang diberikan seputar managemen produksi dan managemen keuangan, tidak hanya keuangan usaha tetapi juga keuangan rumah tangga.

Awal intervensi program, sebanyak 78% penerima manfaat program hanya berpenghasilan di bawah 1,2 Juta per bulan. Setelah 10 bulan internvensi program penghasilan 50% penerima manfaat berpenghasilan di atas 2,9 Juta, bahkan 8% diantaranya berpenghasilan lebih dari 4.9 Juta. Sedangkan 36% lainnya berpenghasilan antara 1,2 Juta hingga 2,9 Juta per bulan.

Salah satu penerima manfaat program yang berhasil adalah Ibu Sri Hartati. Sebelumnya beliau sudah berjualan sembako di Kampung Gasong. Awalnya warungnya hanya diisi dengan kebutuhan sehari-hari saja. Namun saat ini warungnya sudah berkembang dengan adanya jajanan anak-anak seperti bakso goreng, sosis goreng dan lain-lain.

Program KUMM berhasil meningkatkan penghasilan 70% penerima manfaat program. Pengelolaan keuangan rumah tangga dan keuangan usaha yang baik menjadi kunci dari keberhasilan para penerima manfaat dalam meningkatkan penghasilannya. Kedisiplinan melakukan mencatatan keuangan usaha memiliki pengaruh paling besar dalam memastikan bahwa usaha mereka berjalan dengan baik dan bahkan berkembang. Sedangkan kedisiplinan mereka mengelola keuangan rumah tangga membuat membuat mereka mampu mengurangi besaran hutang yang dimiliki bahkan memiliki simpanan tabungan untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya.

 

 

Sumber Data : Internal Project Human Initiative

0

Sahabat Inisiator Butuh Bantuan?

Telp/Whatsapp

+62-812-8080-4561