Maulid Nabi Muhammad ﷺ, Momentum untuk Meneladani Kebaikan

Maulid Nabi Muhammad ﷺ, Momentum untuk Meneladani Kebaikan

28 September 2023

Human Initiative – Banyak muslim menjadikan Maulid Nabi Muhammad sebagai momentum untuk mengevaluasi diri menjadi lebih baik lagi. Terlebih Rasulullah hadir sebagai sosok yang mengubah peradaban manusia ke masa yang terang benderang, dengan Al-Quran dan Hadits menjadi pedoman. Semua ini merujuk pada firman Allah subhanahu wa ta’alaa yang menunjukkan betapa mulianya sosok mulia Rasulullah ﷺ.  

Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur,
(QS. Al-Qalam 68: Ayat 4)

Memperingati Maulid Nabi Muhammad ﷺ, Human Initiative mengajak Sahabat Inisiator untuk kembali mengingat kebajikan Rasulullah ﷺ. Yuk, kita simak di bawah ini untuk meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.  

 

1. Rendah Hati 

Umat Islam sangat mengenal sosok Rasulullah yang rendah hati. Mulai dari sikap beliau yang pemaaf, hingga senantiasa bersabar dalam segala ujian dakwahnya. Dalam riwayat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:  

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya),”   

Hadits ini termaktub dalam riwayat Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu.   

Dari semua kemuliaan yang melekat, Rasulullah tetap memposisikan diri sebagai hamba Allah subhanahu wa ta’alaa. Lantas, bagaimana kita bisa meneladaninya? Dari segala kegiatan sehari-hari di dunia, kita bisa menerapkan teladan ini untuk selalu menghargai orang lain. Alih-alih tinggi hati, diri bisa memposisikan kelebihan yang dimiliki untuk senantiasa membantu yang membutuhkan, karena sesungguhnya semua di dunia merupakan titipan.  

Referensi: https://almanhaj.or.id/10174-larangan-ghuluw-dan-berlebih-lebihan-dalam-memuji-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html  

 

2. Senantiasa Bertaubat

Dari segala kemuliaan yang Allah subhanahu wa ta’alaa berikan, apakah Rasulullah yang sangat taat tetap melakukan taubat? Imam Al-Bukhari rahimahullah mengeluarkan hadits sahih ini dalam kitab ad-Da’awat, Bab Istighfar an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam fil yaumi wal lailah no. 6307.  

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Demi Allah aku sungguh beristighfar dan bertaubat kepada Allah setiap harinya lebih dari tujuh puluh kali, 

Rasulullah yang mendapatkan jaminan surga dari Allah subhanahu wa ta’alaa senantiasa bertaubat, bagaimana dengan kita? Sebagai hamba Allah subhanahu wa ta’alaa, kita bisa meneladani ini dari Rasulullah ﷺ.  

Dalam doa setiap saat, dalam doa selepas salat, dan dalam rakaat salat sunah taubat, kita bisa terus meminta ampunan-Nya. Sama seperti kesungguhan hari Rasulullah ﷺ, semoga Allah subhanahu wa ta’alaa memberikan tempat yang mulia untuk kita di hari akhir kelak.  

Referensi: https://almanhaj.or.id/11450-istighfar-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-setiap-harinya.html

 

3. Penyayang 

Rumah terbaik di dunia adalah keluarga. Di dalam keluarga, kita akan menemukan guru pertama yang mengajarkan ilmu-ilmu kebaikan dalam kehidupan. Begitu juga dengan Rasulullah ﷺ, teladan bagi umat Islam ini sangat menyayangi keluarganya. Diriwayatkan Imam Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan.  

Belum pernah aku melihat seorangpun yang lebih penyayang terhadap keluarganya dari pada Rasulullah ﷺ,
(HR. Muslim no. 2316)

Banyak bentuk rasa sayang yang bisa kita ungkapkan kepada keluarga. Mulai dari berbicara yang baik, maka rasa kasih sayang yang lain akan muncul lebih banyak dari yang kita kira.  

Referensi: https://almanhaj.or.id/35278-pribadi-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

 

4. Penuh Rasa Syukur 

Sikap yang tidak membandingkan kehidupan dan tidak terlupa akan berjuta nikmat yang telah Allah subhanahu wa ta’alaa berikan. Inilah rasa syukur, rasa yang selalu menyelimuti Rasulullah di tengah berbagai keistimewaan yang melekat padanya.  

Ketika ada seseorang yang bertanya padanya, “Kenapa engkau melakukan ini semua, bukankah Allah subhanahu wa ta’alaa telah mengampuni dosamu yang telah lampau dan yang akan datang,”. Maka beliau menjawab, “Tidaklah kamu suka kalau aku menjadi hamba yang bersyukur?,
(HR. Bukhari no. 1130 dan Muslim no. 2820)

Dalam setiap salat yang kita jalankan dan segala doa yang telah terlafazkan, telah menjadi wujud rasa syukur atas berkah yang Allah subhanahu wa ta’alaa. Akan tetapi, Allah subhanahu wa ta’alaa juga menempatkan kita sebagai makhluk bumi yang terikat dengan manusia dan makhluk hidup lainnya.  

Kita bisa mengungkapkan rasa syukur, salah satunya mendekatkan diri dengan alam dan merawat untuk memperbaiki ekosistemnya. Syukur ini juga sangat memungkinkan dengan berbagi sebagian keberkahan kepada yang Saudara lainnya yang membutuhkan. Mulai memberikan kepada yang lebih dekat seperti tetangga dan keluarga, hingga sesama manusia lainnya yang jauh jaraknya namun membutuhkan kepedulian kita semua.  

Referensi: https://almanhaj.or.id/35278-pribadi-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html  

Sudah siap untuk meningkatkan kebaikan dengan meneladani Rasulullah ? Yuk, lanjutkan kebaikan ini dan luaskan kebaikan bersama Human Initiative melalui www.solusipeduli.org. Semoga Allah subhanahu wa ta’alaa memberkahi semua ikhitiar kebaikan kita. Aamiin 

 

Foto: Pexels – Thirdman

0

Sahabat Inisiator Butuh Bantuan?

Telp/Whatsapp

+62-812-8080-4561