Kembangkan Industri Desa Kopi, HI Bangun Program Ekonomi Bina Industri Desa

Kembangkan Industri Desa Kopi, HI Bangun Program Ekonomi Bina Industri Desa

16 Agustus 2022

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jenis asal kopi terbanyak, atau bisa disebut dengan single-origin. Terdapat beragam jenis asal kopi Indonesia dari berbagai daerah di Sumatera, Jawa, Bali, Flores, sampai Papua. Sudah terbukti masing-masing jenis kopi tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik. Pada tahun 2018, Indonesia mengekspor kopi sebesar 817 juta USD (setara 11 triliun Rupiah). Nilai ini menurun dibanding nilai pada tahun 2014-2017 yang selalu di atas 1 miliar USD. Bahkan terjadi penurunan sebesar 31% di tahun 2017. Salah satu faktornya adalah konsumsi kopi dalam negeri yang selalu meningkat hingga 8 persen dari tahun ke tahun. Yang paling disayangkan adalah rendahnya nilai jual produk kopi Indonesia yang hanya 2.921 USD per Ton, yang sebagian besar adalah biji kopi mentah berkelas murah. Ini menandakan bahwa kopi Indonesia harus diekspor dengan proses produksi yang menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih tinggi.

 

Desa Sirnajaya di Provinsi Jawa Barat adalah salah satu wilayah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Di area ini terdapat hampir 400 Ha kebun kopi yang dikelola oleh ratusan petani. Human Initiative sejak 2020 telah membina 30 petani kopi yang memiliki luas lahan 120 Ha dengan potensi panen dapat mencapai 1-4 ton kopi per Ha per tahun. Sayangnya, kapasitas para petani dalam budidaya tanaman kopi di desa ini belum merata. Padahal kualitas kopinya sangat baik.

 

Pada tahun 2020, Human Initiative menjalankan Program BID untuk para petani kopi di Desa Sirnajaya. Tujuan Program BID Kopi Desa Sirnajaya pada tahun pertama adalah meningkatkan keterampilan petani agar mampu menghasilkan produk kopi yang berkualitas.

 

Bentuk kegiatan yang diselenggarakan antara lain

  • Bantuan sarana prasarana untuk budidaya kopi untuk 30 petani
  • Bantuan bibit pohon kopi untuk peremajaan untuk 30 petani
  • Pelatihan budidaya kebun kopi 2 kali
  • Pelatihan pengolahan biji kopi 1 kali
  • Coaching bisnis 3 kali

 

 

Peningkatan penghasilan dari panen kopi

 

Setelah 1 tahun intervensi, sebanyak 30 petani yang dibina mampu menghasilkan kopi yang lebih berkualitas. Sebelumnya, petani memanen biji kopi dengan petik asalan. Akibatnya kualitas kopi yang terjual rendah yang menyebabkan harga jual kopi petani juga rendah. Setelah intervensi 1 tahun, perilaku petani mulai berubah dari petik asalan menjadi petik merah. Sebanyak 67% petani sudah memetik ceri bean merah setiap kali panen. Hal ini kemudian membuat kualitas biji kopi petani naik drastis menjadi kualitas premium.

 

Sebelum intervensi program, para petani menjual kopi dengan sistem ijon. Cherry bean kopi mereka dihargai Rp 12.000 per kg. Proses pengolahan kopi dulunya mereka olah dengan metode dan peralatan tradisional seperti mesin tumbuh dari kayu dan alat roasting dengan kuali. Pasca intervensi program, petani berhasil meningkatkan harga jual kopi mereka. Kopi Arabica mereka dibeli dengan harga Rp 55.000,- per kg untuk green bean, Rp 150.000,- per kg untuk roast bean, dan Rp 200.000,- per kg untuk kopi bubuk. Sedangkan Kopi Robusta mereka dihargai Rp 40.000,- per kg untuk green bean, Rp 130.000,- per kg untuk roast bean, dan Rp 170.000,- per kg untuk kopi bubuk.

 

Selain itu petani di Desa Sirnajaya sudah terbentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang salah satu bisnis utamanya adalah kopi. Selain itu, para petani binaan Human Initiative dibentuk menjadi 1 kelompok tani. Hal tersebut membuat para petani mengelola pertanian secara kolektif sehingga mengurangi peluang monopoli harga oleh tengkulak dan berdampak pada peningkatan harga produk kopi.

 

Dengan adanya intervensi pada program tersebut, kini pendapatan para penerima manfaat jadi meningkat lebih baik. Hal ini diungkapkan oleh Maman Surahman (14/08), salah satu penerima manfaat menceritakan. Bahwa kini dari hasil panen kopi beliau mampu membeli stok kebutuhan pokok rumah tangga untuk beberapa bulan kedepan, selain itu beliau juga mampu merenovasi rumahnya yang sudah rusak. Hal ini berbeda dengan kondisi sebelumnya. Dimana sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja harus bekerja serabutan setiap harinya demi tercukupnya kebutuhan rumah tangga serta kondisi rumah yang sudah banyak sekali bagian yang harus diperbaiki.

 

“Harapannya, program ini dapat terus berdampak kepada lebih banyak keluarga, karena jika terjadi peningkatan taraf hidup masyarakat yang lebih baik, maka hal ini akan berdampak positif pada peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan para keluarga. ujar Yuspi, Project Manager Program Bina Industri Desa.

 

Sumber data: Internal Project Human Initiative

0

Sahabat Inisiator Butuh Bantuan?

Telp/Whatsapp

+62-812-8080-4561